Israel Disebut Sudah Dikendalikan Hamas, Pakar Israel: Netanyahu Susah Lanjutkan Perang Gaza
Pada awal Oktober 2023, dunia dikejutkan dengan serangan mendalam dari kelompok Hamas ke wilayah Israel. Serangan ini mengubah dinamika politik dan militer di kawasan Timur Tengah, memicu perdebatan internasional tentang bagaimana situasi ini dapat berlanjut dan apa dampaknya terhadap pemerintah Israel, terutama di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Beberapa pakar dan analis politik menyebutkan bahwa dalam beberapa aspek, Israel sekarang telah berada dalam kondisi yang cukup terpengaruh oleh pergerakan Hamas, yang telah mengguncang stabilitas negara tersebut. Bahkan, beberapa kalangan menyebutkan bahwa serangan mendalam yang dilancarkan oleh Hamas mungkin sudah menjadi strategi yang lebih besar dalam upaya mereka untuk mengambil alih kendali lebih besar atas kawasan tersebut.
Berdasarkan pandangan para ahli, serangan yang intens ini bukan hanya tentang menghancurkan infrastruktur militer, tetapi juga menggoyahkan kekuasaan politik dalam negeri Israel. Kejadian ini menunjukkan betapa rapuhnya pertahanan Israel dan menunjukkan bagaimana kelompok seperti Hamas dapat memanfaatkan ketegangan internal untuk meningkatkan pengaruh mereka di wilayah yang lebih luas.
Pemerintah Israel, di bawah kepemimpinan Netanyahu, menghadapi tekanan internasional dan domestik yang luar biasa. Dalam menghadapi serangan-serangan ini, Netanyahu berjanji untuk melanjutkan perang hingga Hamas dikalahkan, dengan menyebutkan bahwa negara Israel harus menunjukkan kekuatan militer untuk mempertahankan eksistensinya.
Namun, sejumlah pakar Israel menilai bahwa situasi ini sangat menantang bagi Netanyahu dan pemerintahannya. “Sulit bagi Netanyahu untuk melanjutkan perang ini lebih jauh. Israel sudah berada dalam posisi yang terhimpit dan bisa saja mengalami kemunduran signifikan,” kata seorang analis militer terkemuka. Kendati Israel memiliki keunggulan militer yang sangat signifikan, strategi jangka panjang untuk menundukkan Hamas terbukti jauh lebih sulit dari yang diperkirakan.
Di dalam negeri, ketegangan politik dan sosial juga semakin meningkat. Protes-protes besar terhadap kebijakan Netanyahu semakin berkembang, dengan banyak warga Israel yang menuntut adanya perubahan besar dalam strategi perang dan penanganan konflik. Pemerintah Netanyahu juga semakin terdesak dengan kondisi ekonomi yang terpengaruh akibat perang yang berlangsung lama, serta meningkatnya jumlah korban jiwa.
Sementara itu, dari sisi militer, meskipun Israel berhasil melancarkan serangan-serangan besar terhadap infrastruktur Hamas, kelompok tersebut masih menunjukkan ketahanan dan kemampuan untuk melawan. Banyak pengamat menyebut bahwa Hamas tidak hanya beroperasi dari Gaza, tetapi telah menyusup ke berbagai wilayah lain, menjadikannya semakin sulit untuk dipukul mundur dengan cepat.
Perang Gaza yang berkepanjangan ini turut mempengaruhi dinamika geopolitik di Timur Tengah. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Rusia, dan negara-negara Eropa terus mendesak agar kedua belah pihak segera mencari jalan keluar damai. Namun, upaya mediasi sering kali terhambat oleh perbedaan pandangan dan kepentingan politik masing-masing pihak.
Secara keseluruhan, meskipun Israel masih memiliki kekuatan militer yang sangat besar, dampak jangka panjang dari serangan Hamas dan ketegangan domestik yang meningkat dapat membuat Netanyahu semakin sulit untuk melanjutkan perangnya di Gaza. Diperlukan pendekatan baru yang lebih strategis, serta dukungan internasional untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lama ini.
Dalam menghadapi serangan yang terus berlanjut dari Hamas, pemerintah Israel, terutama Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dihadapkan pada dilema yang besar. Di satu sisi, ada tekanan untuk terus berperang dan menunjukkan kekuatan militer, tetapi di sisi lain, kondisi internal Israel, baik secara politik maupun ekonomi, semakin tertekan. Hamas, yang selama ini dianggap sebagai ancaman besar bagi Israel, kini tampaknya semakin sulit untuk ditundukkan, meninggalkan pertanyaan besar mengenai masa depan konflik ini.
Dengan berlanjutnya ketegangan yang ada, upaya internasional untuk mediasi dan perdamaian menjadi semakin penting, namun jalan menuju resolusi yang damai tampaknya masih jauh dari kenyataan.