Konflik antara Israel dan Hamas telah menjadi salah satu permasalahan paling kompleks dan berkepanjangan dalam sejarah dunia modern. Setiap kali ketegangan meningkat di wilayah Gaza, dunia internasional terpecah dalam menilai siapa yang benar dan siapa yang salah. Namun, lebih dari sekadar pertempuran antara dua pihak, konflik ini menggambarkan ketegangan yang mendalam mengenai kekuasaan, identitas, dan hak untuk hidup dalam kedamaian.
Belakangan ini, sejumlah komentator militer dan analis internasional menyuarakan pandangan yang menyentuh inti dari perdebatan ini, yakni bahwa Hamas, organisasi yang berbasis di Gaza, telah membuktikan diri sebagai kekuatan yang tak dapat dihancurkan oleh Israel, bahkan dalam menghadapi serangan militer yang besar dan berlarut-larut. Bukan hanya itu, dalam beberapa hal, Hamas dikatakan telah mempermalukan Israel, terutama dalam konteks keberhasilan organisasi ini untuk bertahan meskipun kekuatan militer Israel jauh lebih besar dan lebih maju.
Hamas, yang terbentuk pada tahun 1987, pertama kali muncul dalam konteks perjuangan Palestina melawan pendudukan Israel. Organisasi ini, yang merupakan cabang dari Ikhwanul Muslimin, berkomitmen untuk mendirikan negara Palestina yang merdeka, sekaligus mengakhiri keberadaan Israel di wilayah yang diklaim oleh rakyat Palestina sebagai tanah air mereka. Tujuan ideologis ini tetap menjadi dasar perjuangan Hamas, yang secara terbuka menolak segala bentuk kompromi dengan Israel.
Berbeda dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang pada beberapa periode dalam sejarahnya terlibat dalam negosiasi dengan Israel, Hamas tetap bertahan pada prinsipnya untuk tidak mengakui keberadaan negara Israel. Hal inilah yang membuat Hamas menjadi lebih sulit untuk dihadapi dalam diplomasi internasional, meskipun banyak negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, menganggap Hamas sebagai organisasi teroris.
Israel sering dipandang sebagai salah satu negara dengan kekuatan militer terkuat di dunia. Pasukan pertahanan Israel, yang dikenal dengan nama IDF (Israel Defense Forces), memiliki peralatan militer yang canggih, termasuk pesawat tempur generasi terbaru, sistem pertahanan rudal Iron Dome yang mampu mencegat roket-roket Hamas, serta pasukan darat dan laut yang sangat terlatih. Israel juga dikenal dengan kecanggihan teknologi pengintaian dan kemampuan pengoperasian drone untuk melacak dan menyerang target dengan presisi tinggi.
Namun, meskipun memiliki semua keunggulan ini, Israel belum pernah berhasil meraih kemenangan definitif atas Hamas. Hal ini disebabkan oleh taktik perlawanan yang digunakan oleh Hamas, yang lebih mengandalkan serangan roket dan perang gerilya. Dengan menggunakan terowongan bawah tanah dan jaringan sel yang tersembunyi, Hamas mampu menghindari serangan udara Israel yang canggih. Terowongan-terowongan ini bukan hanya berfungsi untuk menyelundupkan senjata, tetapi juga sebagai jalur bagi anggota Hamas untuk bergerak bebas dan melancarkan serangan dari lokasi yang sulit dijangkau oleh pasukan Israel.
Selain itu, serangan roket dari Gaza sering kali menghantam wilayah Israel dengan kecepatan yang luar biasa, memaksa Israel untuk mengerahkan sumber daya yang besar untuk melindungi warganya, meskipun Iron Dome dapat menghentikan sebagian besar roket, tidak semuanya dapat dicegat, dan sering kali serangan ini berhasil mengenai target di wilayah yang lebih rentan.
Dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak 2021, hubungan antara Israel dan Hamas semakin memanas. Dalam perang yang terjadi pada Mei 2021, Hamas melancarkan gelombang serangan roket besar-besaran ke berbagai kota di Israel, termasuk Tel Aviv dan Yerusalem. Meski Israel melancarkan serangan udara intensif yang menghancurkan banyak infrastruktur di Gaza, Hamas tetap mampu melancarkan serangan balasan dengan tingkat ketepatan yang cukup tinggi.
Yang menarik dalam perang ini adalah ketahanan yang ditunjukkan oleh Hamas dalam menghadapi agresi militer Israel. Banyak analis militer berpendapat bahwa meskipun Israel memiliki kemampuan militer yang jauh lebih superior, taktik yang digunakan oleh Hamas dalam bertahan hidup dan melawan serangan udara Israel patut dipuji. Salah satu faktor utama keberhasilan Hamas adalah kemampuannya untuk bertahan hidup di bawah tanah, dengan terowongan yang memungkinkan mereka untuk memindahkan pasukan dan persediaan tanpa terdeteksi oleh serangan udara Israel.
Serangan roket yang diluncurkan Hamas dalam perang ini juga menunjukkan bahwa meskipun Iron Dome sangat efektif, tidak ada sistem pertahanan yang dapat sepenuhnya mencegah roket dari Gaza untuk mencapai sasaran. Hal ini memperburuk citra Israel di mata dunia, karena serangan ini menelan banyak korban jiwa, baik di pihak Israel maupun Palestina.
Hamas bukan hanya dilihat sebagai organisasi yang mampu mempertahankan dirinya di medan perang. Mereka juga telah menjadi simbol perjuangan bagi banyak pihak di dunia Arab dan negara-negara yang mendukung kemerdekaan Palestina. Bagi sebagian besar rakyat Palestina, Hamas mewakili kekuatan perlawanan terhadap pendudukan Israel yang telah berlangsung selama lebih dari tujuh dekade.
Kendati demikian, perlawanan yang dilakukan oleh Hamas juga menimbulkan banyak kontroversi. Aksi terorisme yang melibatkan serangan terhadap warga sipil, termasuk serangan roket yang tidak membedakan sasaran, sering kali menjadi alasan bagi banyak negara untuk mengecam tindakan mereka. Sementara itu, Israel juga terus menghadapi tekanan internasional terkait tindakan keras yang dilakukan terhadap warga Palestina, yang sering kali menimbulkan banyak korban jiwa dan menghancurkan infrastruktur di Gaza.
Namun, meskipun mendapat kecaman internasional, Hamas terus memperoleh dukungan yang signifikan dari sebagian besar penduduk Gaza dan juga dari beberapa negara-negara pendukung Palestina. Keberadaan Hamas menunjukkan bahwa solusi diplomatik yang melibatkan kedua pihak—Israel dan Palestina—masih sangat jauh untuk tercapai. Semua upaya perdamaian yang melibatkan negosiasi atau konsensus politik sering kali gagal karena perbedaan ideologis yang mendalam antara kedua belah pihak.
Pandangan yang menyatakan bahwa Hamas tidak terkalahkan oleh Israel dan telah mempermalukan negara tersebut menjadi cermin dari kenyataan pahit dalam konflik ini. Meskipun Israel memiliki kekuatan militer yang jauh lebih besar dan lebih modern, Hamas berhasil mempertahankan eksistensinya sebagai organisasi yang memiliki kemampuan untuk melawan pasukan Israel dalam berbagai cara yang tak terduga.
Namun, di sisi lain, Israel harus menghadapi kenyataan bahwa pertempuran dengan Hamas tidak hanya melibatkan kekuatan militer semata, tetapi juga elemen-elemen diplomatik, ideologis, dan humaniter yang lebih luas. Israel mungkin tidak dapat menghancurkan Hamas dengan mudah, tetapi Hamas juga tidak dapat mengalahkan Israel secara militer dalam waktu singkat.
Sementara itu, bagi Palestina, perlawanan terhadap Israel, baik melalui jalur diplomatik atau militer, tetap menjadi simbol dari perjuangan panjang untuk mendapatkan hak atas tanah mereka. Ke depan, tampaknya masih ada jalan panjang yang harus ditempuh untuk mencapai perdamaian yang langgeng antara Israel dan Palestina, dengan ketegangan yang akan terus memanas, bahkan jika Hamas belum berhasil dikalahkan.
Dalam banyak hal, Hamas telah membuktikan bahwa mereka tidak dapat dipandang sebelah mata oleh Israel. Meskipun kekuatan militer Israel lebih unggul, Hamas terus bertahan dan bahkan mempermalukan Israel dengan serangan yang efektif dan ketahanan yang luar biasa. Namun, meskipun banyak pihak melihat Hamas sebagai simbol perlawanan, konflik ini tetap meninggalkan jejak penderitaan yang mendalam di kedua belah pihak. Pada akhirnya, solusi untuk masalah ini hanya akan tercapai jika ada kemauan dari semua pihak untuk bernegosiasi dan mencari jalan keluar yang dapat mengakhiri perlawanan yang tak berkesudahan ini.
Perang ini bukan hanya soal kekuatan militer, tetapi juga tentang hak untuk hidup dengan damai dan martabat, yang sangat diinginkan oleh banyak pihak yang terlibat dalam konflik ini.